Beranda | Artikel
Anak Adalah Sebuah Nikmat Yang Besar
Jumat, 1 Mei 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Anak Adalah Sebuah Nikmat Yang Besar merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani yang sangat penting untuk diketahui oleh setiap muslim. Kajian ini disampaikan pada 20 Rabbi’ul Tsani 1441 H / 17 Desember 2019 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Anak Adalah Sebuah Nikmat Yang Besar

Anak adalah nikmat yang Allah titipkan kepada kita. Ia merupakan salah satu rezeki yang Allah berikan kepada siapa yang dikehendakiNya. Seperti nikmat-nikmat yang lainnya. Ada kata-kata hikmah yang berbunyi: “Barangsiapa tidak mensyukuri nikmat, ia akan terancam kehilangan nikmat itu. Dan barangsiapa yang mensyukuri nikmat, maka ia telah mengikat nikmat itu dengan simpul yang kuat.” Itulah yang termaktub dalam Al-Qur’an, dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴿٧﴾

Dan ingatlah ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala memaklumkan kepada manusia; ‘Jika kalian bersyukur, maka aku akan tambah nikmat nikmatKu kepadamu. Namun jika kamu mengkufuri nikmat-nikmat Allah itu, sesungguhnya adzabKu sangatlah pedih.’“(QS. Ibrahim[14]: 7)

Dan salah satu adzab adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala mengangkat nikmat-nikmat itu dari kita. Itu bentuk salah satu bentuk adzab terhadap orang yang kufur nikmat. Dan anak adalah salah satu nikmat yang agung dalam kehidupan ini. Yaitu hadirnya si buah hati. Suami istri tentunya sangat mengidamkan kehadiran seorang momongan di antara mereka. Dan ini merupakan salah satu hikmah berumah tangga, yaitu melahirkan keturunan. Dan anak merupakan hadiah istimewa dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan hadiah ini kepada siapa yang dikehendakinya. Allah mengatakan dalam surat Asy-Syura ayat 49-50, Allah berfirman:

لِّلَّـهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ ۚ يَهَبُ لِمَن يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ ﴿٤٩﴾ أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا

Milik Allah kerajaan langit dan bumi, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki, Allah memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan anak laki-laki dan aanak perempuan itu kepadanya.” (QS. Asy-Syura[42]: 49-50)

Begitulah anugerah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada sepasang suami istri. Ada yang dapat anak perempuan, ada yang dapat anak laki-laki, dan ada yang dapat sepasang; anak perempuan dan anak laki-laki. Itu semua adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kadang-kadang seorang mendapatkan anak perempuan, anak pertama, kedua, ketiga, keempat, ketika istrinya mengandung anak kelima, dia berharap anak ini laki-laki. Ternyata perempuan lagi, Alhamdulillah ini anugerah/hadiah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian pula sebaliknya, sepasang suami istri dianugerahi anak laki-laki, anak kedua laki-laki lagi, ketiga laki-laki, anak ke empat laki-laki, anak kelima dia anak perempuan (apalagi istrinya). Ternyata yang lahir laki-laki lagi menjadi pandawalima. Begitulah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala, Allah menghendaki sepasang suami istri itu dapat anak laki-laki, ada yang hanya dapat anak perempuan dan ada yang sepasang. Dan semua itu adalah nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

…وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيمًا ۚ

Dan ingat juga, bahwa Allah menjadikan siapa yang Dia kehendaki itu mandul.”

Baik itu laki-laki maupun perempuan. Ada kadang-kadang yang mandul itu suaminya dan ada kadang-kadang yang mandul itu adalah istrinya.

إِنَّهُ عَلِيمٌ قَدِيرٌ ﴿٥٠﴾

Dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.” (QS. Asy-Syura[42]: 50)

Maka bersyukurlah kita dapat anak baik itu laki-laki atau perempuan, apalagi sepasang. Sempurna sudah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada mereka. Ingat, di sana ada pasangan-pasangan suami istri yang sudah berumah tangga sampai puluhan tahun tidak dapat momongan juga. Ada yang 30 tahun menikah belum punya anak, ada yang 40 tahun menikah belum punya anak, ada yang sampai mereka kakek nenek (menopause), sampai mati bahkan tidak punya keturunan. Maka kita bersyukur dan merasa beruntung bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahi kita anak-anak, laki-laki maupun perempuan. Walaupun Allah mengatakan:

وَلَيْسَ الذَّكَرُ كَالْأُنثَ

Tidak sama anak laki-laki dan anak perempuan.” (QS. Ali-Imran[3]: 36)

Namun pada keduanya ada keutamaan, keduanya merupakan nikmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Coba lihat orang-orang belum dapat momongan. Biasanya sepasang suami istri sudah 5 tahun menikah sudah mulai goyah itu apabila belum punya keturunan, sudah mulai ada rasa was-was, takut, dan perasaan semacam itu justru akan menghambat mereka memiliki keturunan. Ada rasa takut menghantui mereka, sehingga kehilangan kepercayaan diri untuk untuk dapat anak keturunan. Dan memang ada juga yang memang punya garis keturunan mandul.

Maka dari itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyuruh seorang laki-laki mencari dan memilih wanita-wanita yang subur yang di harap bisa memberikannya anak keturunan. Itu bisa dilihat dari mungkin keluarganya. Kalau dia misalnya dari keluarga yang memang subur, bibi-bibinya, karib-kerabatnya tidak ada track record mandul, kemungkinan wanita ini subur. Tapi kalau ada yang mandul, ini ada kemungkinan juga.

Bisa juga dilihat dari sisi posturnya. Ada poster yang memang bisa punya anak banyak, ada yang tidak. Dan ada juga yang memang memiliki kelainan fisik. Seperti misalnya wanita yang tidak haid, ada juga wanita-wanita yang tidak mengalami haid. Dan tentunya ini tidak bisa hamil. Ada yang mungkin punya gangguan pada rahimnya, bahkan ada wanita yang gak punya rahim. Rahimnya mungkin sudah diangkat atau ada cacat pada rahimnya. Ini sebab-sebab yang mungkin menghalanginya memiliki anak. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada para pria untuk memilih wanita yang subur yang bisa memberikannya keturunan.

Ada seorang laki-laki datang ingin menikahi wanita yang mandul. Nabi mengatakan, “Tidak, jangan nikahi.” Nabi mengatakan berkali-kali kepadanya untuk jangan menikahinya. Kemudian Nabi berkata kepadanya:

تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur. Karena aku akan berbangga dengan jumlahmu yang banyak pada hari kiamat.” (HR. Ibnu Hibban)

Jadi itu salah satu tujuan/hikmah kita berumah tangga, yaitu untuk mendapatkan keturunan. Dan itu anugerah dari Allah. Dan karena ini adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka salah satu ikhtiar yang harus dilakukan oleh sepasang suami istri yang belum dapat momongan adalah berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disamping mungkin perlu konsultasi, terapi, berobat, atau melakukan usaha-usaha pengobatan ataupun terapi yang bisa menambah kesuburannya atau menyembuhkan atau bisa mengatasi pacekliknya itu. Namun ada ikhtiar yang tidak boleh dia lupakan, yaitu berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seperti yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul. Seperti Nabi Zakaria yang berdoa kepada Allah:

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ ۖ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ ﴿٣٨﴾

Di sana Nabi Zakaria (yaitu di tempat ibadahnya) berdoa kepada Rabbnya: “Ya Allah, anugerahkanlah kepadaku seorang anak keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (QS. Ali-Imran[3]: 38)

Ini seorang Nabi yang diuji oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak dapat anak keturunan. Dari Nabi Zakaria pada saat itu usia sudah tua. Seperti yang disebutkan dalam surat Maryam. Beliau mengabarkan kondisi beliau kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala; rambut sudah memutih beruban dan tulang sudah lemah. Ditambah lagi istri beliau juga sudah tua juga. Tapi dia terus berdoa, Nabi Zakariya terus berdoa kepada Allah agar diberikan anak keturunan. Beliau tidak berputus asa untuk memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

…وَلَمْ أَكُن بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا ﴿٤﴾

Aku tidak pernah kecewa berdoa kepadamu ya Allah.” (QS. Maryam[19]: 4)

Ini contoh yang perlu diteladani dari seorang Nabi, yaitu jangan putus asa untuk mendapatkan anak keturunan. Walaupun usia pernikahan itu semakin hari semakin tua, semakin bertambah. Namun rezeki kalau sudah dituliskan pun tidak kemana. Akan terjadi dia. Banyak pasangan-pasangan yang sudah mengidam-idamkan momongan bertahun-tahun bahkan ada yang puluhan tahun, pada akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepadanya anak keturunan. Dan begitu dapat satu anak keturunan bertubi-tubi datang yang kedua, ketiga, keempat. Ada yang seperti itu. Itu buah kesabaran. Memang pertolongan Allah itu turun di menit-menit akhir, di babak-babak akhir, di bagian-bagian akhir. Bukan di awal turunnya pertolongan Allah itu. Ketika kita sudah sampai pada titik klimak dari kesabaran, puncak kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji kesabaran kita. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan doa Nabi Zakaria. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

فَنَادَتْهُ الْمَلَائِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللَّـهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَىٰ مُصَدِّقًا

Dan Allah menyuruh seorang malaikat untuk menyerukan bahwa Allah memberikan kabar gembiar kepada beliau, yaitu seorang anak keturunan yang bernama Yahya..” (QS. Ali-Imran[3]: 9)

Dan pada saat itu ketika Allah memberikan kabar gembira berupa akan lahirnya anak keturunan bagi beliau, kondisi beliau adalah sedang shalat di tempat ibadahnya. Artinya di samping berdoa, Nabi Zakariya juga tidak lupa melakukan ibadah-ibadah untuk mempercepat terkabulnya doa tersebut. Kadang-kadang doa itu perlu dibantu dengan ibadah-ibadah agar segera dan cepat dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti apa yang kita minta. Dan itu yang dilakukan oleh Nabi Zakariya.

Ini mengiisyaratkan kepada kita bahwa ketika beliau mendapatkan kabar gembiar itu beliau sedang shalat di mihrabnya. Itulah kondisi Nabi Zakariya, terus berdoa dan terus melakukan amal-amal  shalih yang mempercepat terkabulnya doa itu. Misalnya kita bersedekah, mudah-mudahan dengan sedekah itu doa kita dikabulkan. Atau kita mengerjakan shalat malam.

Seperti juga obat, kalau kita minum obat, tidak cukup obat saja untuk menyembuhkan penyakit itu. Tapi obat itu perlu juga disorong dengan air putih. Maka setelah minum obat, kita iringi dengan minum air putih supaya dia cepat larut. Sehingga obat itu segera bekerja dan cepat reaksinya terhadap tubuh.

Download dan simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-17:54

Lihat juga: Cara Mendidik Anak dan Pentingnya Mencetak Generasi Rabbani

Kajian Islam Tentang Anak Adalah Sebuah Nikmat Yang Besar


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48393-anak-adalah-sebuah-nikmat-yang-besar/